Baca Tokidoki Bosotto Roshia-go de Dereru Tonari no Alya-san Bahasa Indonesia

Baca Tokidoki Bosotto Roshia-go de Dereru Tonari no Alya-san Bahasa Indonesia

時々ボソッとロシア語でデレる隣のアーリャさん
Alya, Who Sits Next to Me, Sometimes Whisper Sweets Nothing in Russian".
Comedy, Romance, School Life, Slice of Life

Author(s):
Sansan Sun

Artist(s):
Momoko

Download dan Baca Tokidoki Bosotto Roshia-go de Dereru Tonari no Alya-san Bahasa Indonesia

Hallo semua.. Bagaimana kabarnya semoga baik dan sehat selalu yaa... Pada artikel kali ini babas404.blogspot.com akan membagikan sebuah novel Tokidoki Bosotto Roshia-go de Dereru Tonari no Alya-san PDF, Novel ini lumayan populer dan banyak dicari oleh para pembaca novel menjadikan novel ini sangat menarik untuk kamu baca.

Cocok banget buat kamu yang sedang mencari rekomendasi novel terbaru, tapi gak tau mau baca novel apa.

Di babas404 kamu dapat membaca novel online secara gratis bisa lewat handphone android dengan membuaka browser chrome atau safari yang menyediakan layanan membaca novel berbayar dan gratis.

Sinopsis Novel Tokidoki Bosotto Roshia-go de Dereru Tonari no Alya-san 

Ikuti kisah Gadis cantik blasteran Jepang-Rusia yang sempurna dengan watak jutek, Alisa "Alya" Mikhailovna Kujo, dan Cowok SMA biasa yang tak berprestasi, Masachika Kuze. Meski dari luar terlihat judes, dia mengungkapkan cintanya dalam bahasa yang menurutnya takkan dimengerti oleh siapa-siapa... Namun, dia tidak tahu kalau Kuze sangat memahami dengan apa yang dia katakan!

Nikmati kisah cinta yang konyol antara Putri Salju dan Mr.Worldwide ini!

Cuplikan Novel Tokidoki Bosotto Roshia-go de Dereru Tonari no Alya-san

Chapter 7 — Rasi Bintang dan Duduk Bersimpuh
 
“... Umm, kalau begitu, ayo kita mulai penyelidikannya?”

Sekitar pukul 7 malam, ketika kegiatan klub di sekolah sudah berakhir. Di dalam ruang OSIS, Masachika dengan enggan melihat ke sebelah kiri dan kanannya. setelah selesai makan malam lebih awal dengan makanan yang dibeli di minimarket

“O-Ohh~~….”

“Mari kita selesaikan ini secepat mungkin.”

Dengan pinggang yang jelas-jelas gemetaran, Maria mengangkat tinjunya dengan suara tergagap. Sedangkan Alisa, dengan tangan yang disilangkan sembari memasang ekspresi acuh tak acuh, mengetuk-ngetuk jarinya dengan gelisah. ...... Sebelum keberangkatan, Masachika sudah diliputi banyak kecemasan.

“Umm Masha-san, apa kamu baik-baik saja? Atau lebih tepatnya, kamu kelihatan tidak baik-baik saja ….”

“E-Ehh~~? Itu tidak benar, kok? Aku akan melakukan yang terbaik!”

Dengan kedutan halus di matanya, Maria mengerutkan bibirnya dan mengepal erat kedua tangannya. Penampilannya yang penuh antusias, terlihat sedikit menggemaskan, tapi  ...

“Saat kamu mencoba bilang yang terbaik saja sudah menjelaskan kalau kamu sedang tidak baik-baik saja ...”

Pernyataan itu saja sudah menjadi pengakuan kalau dia ketakutan. Menanggapi sikap tersebut, Masachika hanya bisa mengatakan, “Tolong jangan terlalu memaksakan diri,” dan mengalihkan perhatianya kepada Alisa di sisi lain.

“Jadi, apa Alya sendiri merasa baik-baik saja?”

“? Aku baik-baik saja, kok? Tidak seperti Masha, aku ini bukan orang yang penakut.”

Alisa mengangkat satu alisnya dengan ragu dan menatap Maria dengan wajah agak tercengang …. Tapi apa itu imajinasi Masachika saja kalau dia cuma berpura-pura tenang. Namun, tidak ada gunanya mengungkit hal itu sekarang, jadi Masachika menghela nafas dan membuka pintu ruang OSIS.

Kemudian sensor gerak bereaksi dan lampu di lorong mulai menyala. Sambil mengangkat bahunya, Masachika menoleh untuk melihat ke belakang.

“Lihat, Masha-san. Lampunya mulai menyala. Lagian di luar masih belum terlalu gelap, kok. Jadi kamu tidak terlalu takut, ‘kan?”

“Ya……”

Mengangguk pada perkataan Masachika, Maria dengan takut-takut keluar ke lorong. Dengan ekspresi sedikit tercengang di wajahnya, Alisa juga pergi ke lorong dan menutup pintu ruang OSIS.

“Lalu, ayo pergi ke ruang seni dulu dan kemudian ke belakang gedung sekolah ... Setelah itu, kita bisa berkeliling gedung sekolah untuk mencari keberadaan “Sosok siswi merah” .”

“Ba-Baiklah…”

“Ya, ayo lakukan itu.”

Setelah memastikan bahwa mereka mengangguk, Masachika melanjutkan dan....

“Ah, tunggu sebentar!”

...... Tapi tiba-tiba, tangan kanannya ada yang meraihnya dari belakang. Ketika berbalik, Masachika melihat Maria yang melirik-lirik ke arah jendela dengan wajah yang sudah terlihat seperti akan menangis.

“Jangan pergi duluan, aku jadinya takut, tau~~”

“... tidak, itu sebabnya Masha-san bisa menunggu kami di ruang OSIS saja tadi.”

“Jika aku sendirian, aku pasti akan diserang!”

“Apa!? Kisah hantu sekolah bukanlah cerita horor jumpscare, tau!?”

Maria berteriak dengan suara cepat yang tidak seperti biasanya, dan Masachika memberitahunya kalau dia pasti salah mengira itu sebagai cerita horor tentang dikejar oleh seorang pembunuh berantai. Tapi Maria sama sekali tidak mempercayainya dan berulang kali melirik ke arah jendela. Tangan ramping yang memegang tangan Masachika juga terlihat gemetar ketakutan.

“Aku tahu yang begini ...... hal semacam ini biasanya ada yang muncul tiba-tiba dengan bunyi bang dari luar, ‘kan?”

“Tidak, ini cuma cerita hantu biasa, bukan tipe cerita yang mendadak menyerang dari luar …. haaa, apa begini cukup?”

Sambil menghela nafas, Masachika pindah ke posisi di sebelah Maria, menjaganya dari area jendela. Kemudian Alisa juga bergerak ke sisi berlawanan dari Maria sambil menghela nafas.

“ ... Nih. Sekarang kamu tidak perlu khawatir tentang sesuatu yang keluar dari dalam ruang kelas, ‘kan? Walaupun tidak ada apapun yang keluar, sih.”

“I-Iya ... makasih ya, Alya-chan.”

Sambil mengangguk dengan canggung, Maria juga menggandeng tangan kiri Alisa. Meskipun dia mengangkat alisnya sejenak, tapi saat tatapan matanya bertemu dengan mata Masachika di atas kepala Maria, Alisa menyerah dan cuma mengangkat bahunya.

Tangan Maria dipegang oleh Masachika dan Alisa dari kedua sisi. Komposisinya benar-benar mirip seperti pemandangan orang tua dan anak, karena hanya bagian tengah yang lebih pendek daripada bagian kiri dan kanan. Tapi pada kenyataannya, orang yang ada di tengah adalah yang tertua.

“Yang begini-begini juga ... bisa termasuk dalam adegan klise film horor, ketika seseorang berpegangan tangan dengan kedua sisi, tanpa disadari orang yang dipegang sudah digantikan oleh sesuatu yang lain ... Ah, maaf.”

Segera setelah Masachika menggumamkan itu dengan suara rendah, Maria menatapnya dengan tatapan mata yang sulit dipercaya dan Ia segera meminta maaf padanya.

Namun, Maria tiba-tiba tampak terkejut dan menoleh ke Alisa dengan cepat. Kemudian, dia berbicara kepadanya dengan ekspresi ketakutan.

“Alya-chan ...? Kamu Alya-chan yang asli, ‘kan?”

“Iyalah. Jangan selalu menganggap serius candaan Masachika-kun.”

Maria tiba-tiba berbicara dalam bahasa Rusia kepada Alisa, yang tampak benar-benar tercengang.

【Kalau gitu, di mana tahi lalat paling menonjol di tubuhmu? 】

【... Apa-Apaan dengan pertanyaan itu?】

【Tidak masalah ‘kan, lagipula Kuze-kun tidak akan memahaminya】

Tidak, Ia paham. Ia benar-benar memahami percakapan mereka berdua, tapi ….  Alisa melirik sekilas ke arah Masachika dan membuang muka sambil mendengus, dia kemudian berkata …

【…… di kaki kanan bagian paha】

(……Hou~)

Tidak, itu sebabnya, apa sih yang sedang mereka bicarakan. Paling banter, Masachika hanya bisa bergumam di dalam hatinya “ternyata Alya punya tahi lalat juga, ya …”. Akan tetapi ... mau tak mau pandangannya selalu tertuju pada paha yang tersembunyi di balik rok. Pada saat yang sama, Ia kembali mengingat sebuah adegan di gudang peralatan olahraga yang terjadi pada siang hari dan mencoba memverifikasi di otak, “Kira-kira, apa di sana beneran ada tahi lalat?”.

“Yup! Tidak salah lagi, kamu Alya-chan yang asli!”

Namun, saat Maria tiba-tiba menengok ke arahnya, Masachika buru-buru mengangkat mukanya. Sejujurnya, Ia tidak yakin apa dirinya berhasil memalingkan wajahnya tepat waktu, tapi ...... Maria tampaknya tidak terlalu peduli dan memiringkan kepalanya dengan erangan dan geraman.

“Kalau begitu, sekarang giliran Kuze-kun ... Kuze-kun ..............”

Setelah beberapa detik berpikir. Maria menutup mulutnya dengan kedua tangan dengan ekspresi terkejut di wajahnya.

“Ap-Apa yang harus kulakukan! Aku tidak bisa memikirkan pertanyaan yang bisa membedakan apa yang ini Kuze-kun asli atau palsu!”

“Ahh … iya.”

“Bagaimana dengan Alya-chan? Apa kamu bisa mengajukan pertanyaan bagus untuk membedakan asli atau palsunya!?”

“Ehh ...?”

Alisa mengernyitkan dahi dengan ekspresi jengkel, tetapi dia melihat sedikit pada penampilan Maria yang terlalu putus asa. Kemudian, dia menatap Masachika dengan senyum nakal di mulutnya seolah-olah dia baru kepikiran tentang sesuatu.

“Kalau begitu ... Apa kamu bisa memberitahuku apa yang sebenarnya kamu maksudkan saat menawarkan diri untuk menjadi partner-ku dalam kampanye pemilihan nanti?”

“Ha-Hah, apa-apaan dengan pertanyaan itu?”

“Ada apa? Kalau kamu Masachika-kun yang asli, kamu pasti mengingatnya, ‘kan?”

Pipi Masachika berkedut pada wajah Alisa yang menyeringai terang-terangan.

(Yeah, aku memang samar-samar mengingatnya  ... aku ingat kalau aku mengatakan sesuatu yang gila dan super memalukan! Dan kamu ingin aku mengucapkan kembali kalimatitu di sini!?)

Ketika Alisa menuntut permainan memalukan yang mengerikan dengan dalih identifikasi jati diri, Masachika mencoba menuntut perubahan dalam pertanyaan .... tapi setelah melihat tatapan mata Maria yang sudah berkaca-kaca, dan dengan lembut menjaga jarak dari dirinya sendiri, Ia langsung tutup mulut. Saat ditatap dengan tatapan seperti “Eh, itu tidak benar, ‘kan? Itu bohong, iya ‘kan?”, Ia secara naluriah ingin melakukan sesuatu tentang hal itu.

(Haaa ... cih, kurasa aku tidak punya pilihan lain)

Dalam kasus begini, jika kamu merasa malu mengenai itu, kamulah yang kalah. Sebaliknya, jika kamu mengatakannya secara terbuka, justru pihak lain yang akan merasa malu.

(Karena kamu sendiri yang memintanya ... jadi, jangan sampai menyesal, oke? Rasakan ini!)

Usai membulatkan tekadnya, BMasachika membuat wajah serius setelah berdehem dan menatap lurus ke arah Alisa seraya berkata.

“Kalau tidak salah, aku mengatakan, [Aku takkan meninggalkanmu sendirian lagi. Mulai sekarang, aku akan mendukungmu] ?”

“...Lebih tepatnya, kamu mengatakan [Aku takkan membuatmu sendirian lagi] [Mulai sekarang, aku akan berdiri di sampingmu dan mendukungmu]”

“Eh, ah, iya betul.”

Ketika Alisa mengoreksinya dengan ekspresi tidak puas, wajah Masachika berubah serius. Segera setelah itu, Ia dengan cepat tersipu karena rasa malu yang menjalar di hatinya.

(Uehh? Seriusan? Eh, apa-apaan dia ini? Apa dia mengingat semua ucapanku dengan akurat? Ini sih bukan dalan level memalukan lagi!?)

Fakta bahwa dia bisa secara akurat mengingat ucapan dari sejarah hitamnya sendiri. Dan kenyataan kalau itu terukir di otak Alisa sebagai kenangan penting membuat Masachika jatuh berguling-guling di dalam batinnya.

“Ke-Kenapa wajahmu malah tiba-tiba tersipu....”

Alisa memelototinya, tetapi sepertinya rasa malunya datang terlambat dari Masachika, dan bahkan pipinya sendiri sedikit memerah. Mungkin menyadari hal ini, Alisa memalingkan pandangannya dari Masachika dan menoleh ke arah Maria dengan cara yang menipu.

“Lihat, aku tahu kalau Ia adalah Masachika-kun yang asli ... jadi ayo cepat pergi.”

Dia mengatakannya dengan ekspresi yang jelas dan nada yang santai, tapi ...... Maria memiringkan kepalanya dengan senyum yang sangat berbeda dari yang baru saja dia berikan.

“Alya-chan, imut banget~”

“H-Hah? Apanya yang imut, sih.”

“Iya, iya, masa muda banget~ ... oh iya, bagaimana kalau begini?”

Setelah mengatakan itu, Maria menarik tangan Masachika dan Alisa, yang tergenggam di kedua tangannya, dan setengah memaksa mereka untuk bergandengan tangan.

“Bagus. Sesama teman baik, harus saling bergandengan tangan, oke?”

“Kenapa!”

“Tidak, bukannya percakapannya jadi berbeda?”

Mereka berdua memberi komentar secara bersamaan dan dengan cepat melepaskan tangan mereka satu sama lain.

Kemudian Maria menurunkan alisnya sedikit sambil tertawa lembut.

“Duhh~ kalian berdua ini sama-sama pemalu, ih ...”

“Tidak, aku tidak memahami maksudmu.”

“Lagian sejak awal, bukannya Masha-san sendiri yang meminta untuk berpegangan tangan karena kamu merasa takut, ‘kan?”

“Itu benar, kok~ ? Oleh karena itu, kalian berdua ayo pegangan tangan?”

“Maaf. Aku tidak memahami maksud dari ‘Oleh karena itu’. ”

“Gunakan konjungsinya dengan benar.”

Mereka berdua mengungkit itu pada Maria, yang dengan lihai melewatkan bagian penting dari alasannya. Namun sebaliknya, Maria tampak tidak puas dan berjalan ke sisi lain Masachika, lalu memegang tangan kirinya.

“Kalau kamu bilang begitu terus, biar aku saja yang berpegangan tangan dengan Kuze-kun, ya?”

“Sudah dibilang, kenapa malah jadi begitu!?”

“Ob-Obrolannya sama sekali tidak nyambung ...”

Masachika yang berteriak dengan suara nyaring, dan Alisa meletakkan tangannya di dahinya seolah-olah kepalanya terasa sakit. Namun, setelah melihat Maria memegang tangan kiri Masachika dan entah bagaimana terlihat senang dengan dirinya sendiri, mereka berdua meninggalkan pemahaman mereka pada saat yang sama. Setelah saling bertukar pandang dengan lelah, mereka kemudian saling bergandengan tangan kembali.

“Baiklah, kalau begitu, ayo berangkat~~!”

Setelah melihat itu, Maria menganggukkan kepalanya dengan puas, dan menunjuk ke depan dengan suasana hati yang gembira, ... sembari masih memegang tangan Masachika di tangan kanannya.

“...”

Untuk sesaat, Alisa menatap Maria dengan satu mata lebar layaknya seorang preman dan seakan menyiratkan, “Kupikir kamu akan melepaskan tangannya saat aku menggandengnya!”. Namun, dia segera menyadari kalau itu sia-sia saja, lalu menghela nafas, dan melihat ke depan.

“Kalau begitu, ayo kita mulai ... dan selesaikan dengan cepat.”

“... Ohh~~”

Dengan ekspresi pasrah, Masachika mulai berjalan dengan tatapan jauh di matanya. Di sebelah kanannya ada tangan Alisa yang ramping dan sedikit dingin, sedangkan di sebelah kirinya terdapat tangan Maria yang hangat dan lembut.

(Hmm? Apa-apaan dengan situasi ini? Harem? Horee~~ aku menggandeng dua kembang cantik di kedua tanganku~ akhirnya, musim semi tiba juga di kehidupanku~)

Terlepas dari hal-hal bodoh yang Ia katakan di otaknya, tapi di dalam batinnya, Masachika merasa cukup gugup. Meskipun Ia pernah bergandengan tangan dengan Alisa beberapa kali, tapi jumlahnya masih bisa dihitung, dan ini pertama kalinya Masachika bergandengan tangan dengan Maria. Lalu pada saat yang sama, Masachika tidak tahu harus berbuat apa. ‘Apa aku harus mengayunkan lenganku, apa tanganku berkeringat, apa kecepatan berjalanku sudah pas, atau apa cara bergandengan seperti ini sudah benar?’ . Ia mengkhawatirkan hal-hal semacam itu sehingga Ia tidak bisa merasa tenang.

(In-Ini sih tentang itu ... Ahh, sebaiknya aku harus menyelesaikannya dengan cepat)

Terjepit di antara Maria, yang anehnya dalam suasana hati yang senang, dan di sisi lainnya, Alisa tampak sedikit cemberut, Masachika memutuskan untuk mengakhiri penyelidikan lebih awal. Alhasil…

“Ruang seni! Tidak ada kelainan! Tempat selanjutnya!”

“Bunga sakura di belakang gedung sekolah! Masih belum mekar! Selanjutnya!”

“Bukannya itu terlalu asal-asalan!?”

Ketika Masachika menarik kesimpulan dalam waktu kurang dari sepuluh detik setelah melihat sekilas, Alisa pun mau tak mau mengkritiknya. Namun, Masachika tampaknya tidak terlalu peduli dan mengangkat di bahunya dengan wajah santai.

“Sejak awal, penyelidikan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada kelainan, jadi tidak masalah, ‘kan? Jangan khawatir, aku juga tidak lupa mengambil foto untuk buktinya.”

“Itu memang benar sih ...”

Karena sifat seriusnya, Alisa bergumam frustadi dan tampak kurang yakin. Namun, ketika dia melirik Maria, yang berada di sisi lain Masachika, dia menghela nafas.

“Masha ... sudah cukup, jangan merasa takut melulu.”

“Eh, me-meski kamu bilang begitu~~”

Atas permintaan tidak masuk akal Alisa, Maria mengerutkan bahunya dengan suara menyedihkan. Dia kemudian melihat sekeliling dengan ketakutan pada lingkungan yang akhirnya sudah gelap dan diam-diam mendekatkan dirinya ke tubuh Masachika. Melihat pemandangan itu, Alisa mengernyitkan alisnya.

“Habisnya, penyelidikannya dimulai sekarang, ‘kan ... wajar saja aku merasa sangat takut. Mana mungkin untuk tidak merasa takut~.”

Mungkin takut untuk membicarakan rinciannya, Maria memotong kata-katanya dan …. bergerak semakin mendekati Masachika. Dengan tangan kanannya mencengkeram tangan kiri Masachika, dia merangkul erat lengan bawah Masachika dengan tangan kirinya. Secara alami, lengan mereka benar-benar melekat satu sama lain, dan payudara Maria menempel erat di siku Masachika. Wajah Masachika segera merah merona, sedangkan Alisa mengerutkan keningnya.

“... Ayo cepat pergi dan lanjutkan penyelidikannya.”

Alisa mengatakan ini dengan campuran nada kesal dan menarik tangan Masachika saat dia mulai berjalan dengan langkah besar. Namun, Maria masih menempel erat di lengan kanan Masachika dan tidak bergerak menjauh, dan Alisa semakin mengerutkan alisnya saat dia melihat dari balik bahunya untuk memastikan hal ini.. Dengan keadaan begitu, mereka berjalan kembali ke gedung sekolah dan mulai berjalan menyusuri koridor.

“O-Oi, jalannya pelan-pelan sedikit napa ...”

“Apa, sih? Kita akan mengelilingi gedung sekolah utama, ‘kan? Bukankah sebaiknya kita berkeliling secepat mungkin supaya tidak memakan waktu lama.”

“Yah, emang benar, sih...”

Masachika merasakan sedikit ketidaknyamanan saat Alisa bergegas dengan tatapan matanya tertuju pada jalan di depan, Ia lalu bertanya dengan takut-takut.

“... bukannya kamu terlalu memaksakan diri?”

“...”

Pada titik ini, tangan Alisa berkedut saat meraih tangan MasachikaNamun, ketika Alisa masih tidak mau berbalik, Maria berbisik padanya.

“Alya-chan tuh lagi sok kuat ...”

“Ehh, apa? Sudah kuduga, kamu beneran takut, ya?”

“... Enggak juga, kok?”

Dia mengatakannya dengan nada suara yang acuh, tetapi dia masih tidak mau berbalik. Dan tiba -tiba, kecepatan berjalannya mulai melambat. Ketika mereka berhasil menyusulnya, Alisa mendengus dan menoleh ke samping untuk menyembunyikan ekspresinya.

“... Kamu takut dengan yang berbau horor, ‘kan? Padahal saat tes uji nyali selama persiapan festival sekolah tahun lalu, kupikir kamu terlihat baik-baik saja ...”

“Dibilangin, aku tidak merasa takut sama sekali, kok...”

Alisa dengan keras kepala tetap menyangkalnya sembari memalingkan wajahnya, tapi kemudian Maria kembali memberikan penjelasan.

“Tau enggak, Alya-chan tuh~ kalau ditakut-takutin saja sih tidak apa-apa, tapi kalau mendengar cerita seram atau menakutkan, dia baru merasa ketakutan, tau~”

“Ahh ... begitu rupanya. Jadi kamu itu tipe orang yang merasa ketakutan dengan imajinasimu sendiri, ya.”

Ketika Masachika terdengar yakin, Alisa memelototi Maria, tapi dia segera memalingkan wajahnya lagi. Setelah melihat reaksi yang gampang dipahami itu, Masachika cuma bisa tersenyum masam seraya berkata “Jika memang begitu masalahnya, kurasa itu wajar-wajar saja”

Di antara tujuh misteri yang ada, cuma misteri [Sosok siswi merah] saja yang jelas lebih serius sebagai cerita hantu daripada yang lain. Sama seperti cerita hantu terkenal Kuchisake Onna dan Teke-Teke, ada banyak saksi yang sudah melihat penampakan sosok siswi merah tersebut.

Katanya, siswi itu sering kali muncul di dalam gedung sekolah utama setelah jam pulang sekolah. Sosok tersebut memakai seragam Seirei Gakuen, dan pitanya berwarna hijau. Dia memiliki rambut hitam sepanjang pinggang dan disebut “Siswi Merah” karena dia selalu berdarah dari suatu tempat di tubuhnya.

Jika kamu bertemu dengannya, jangan pernah memanggilnya atau sesekali membantunya karena kamu merasa khawatir. Jika kamu membantunya, siswi itu akan berkata “Terima kasih, aku sudah baik-baik saja.”, lalu pergi entah ke mana. Dan orang yang mendengar perkataan tersebut, dalam beberapa hari, akan terluka di tempat yang sama dengan siswi itu. Betul, seolah-olah luka dari “Sosok siswi merah” itu dipindahkan persis apa adanya ...

(Lagian, cuma karena kamu terluka bukan berarti kamu akan mati, hanya bagian itu saja yang anehnya terlalu realistis ... fakta kalau itu baru bisa terjadi dalam beberapa hari menambah ketidakpastian ...)

Selain itu, ada cara untuk menanggulanginya jika seseorang bertemu dengan sosok tersebut, terlepas itu benar atau tidaknya.

Pertama-tama, jangan pernah mendekatinya. Lalu, segera keluar dari gedung sekolah. Selain karakteristik yang disebutkan di atas, cara membedakannya dari siswi biasa adalah sensor gerak yang tidak merepons, jadi harap berhati-hati jika kamu melihat seorang siswi yang berdiri di lorong gelap…. begitulah cara penanggulangannya.

(Yah, sejujurnya, aku punya firasat kuat kalau itu bisa menjadi peringatan saja, tapi ... katanya, sudah ada yang menjadi korban sebenarnya dari sosok tersebut.)

Touya memberitahu mereka kalau Ia memiliki informasi tentang kedua korban. Kasus pertama terjadi pada bulan November lalu. Seorang siswa laki-laki dari klub lari bertemu dengan “Sososk siswi Merah” dengan cedera pada kaki kanannya, dan tiga hari kemudian, laki-laki itu mengalami cedera robek di bagian tumitnya.

Kasus kedua terjadi pada bulan Juni tahun ini. Wakil ketua klub drum band  dirawat di rumah sakit dengan operasi usus buntu setelah bertemu dengan “sosok sisiwi merah” dengan darah berlumuran di bagian tengah seragamnya.. Karena wakil ketua klub ini merupakan orang yang sangat populer dan banyak disukai, desas-desus pun dengan cepat menyebar, dan tampaknya dialah yang menjadi pemicu dari viralnya gosip tujuh misteri.

(Dengan kata lain ... Misteri dari “sososk sisiwi merah” ini adalah asal mula dan puncak dari tujuh misteri sekolah. Ahh, kalau dipikir-pikir, rasanya sedikit keren yang begitu)

Baca dan Unduh Novel

Kamu bisa juga membaca novel online gratis melalui aplikasi novel digital maupun situs web yang menyediakan layanan membaca novel secara online dengan gratis ataupun berbayar yang bisa kamu install di handphone kamu untuk membaca novel. 

Penyedia layanan baca novel online gratis diantaranya :

  • MangaToon
  • NovelMe
  • NovelToon
  • Wattpad
  • Dreame
  • Innovel
  • GoNovel
  • HiNovel
  • HotBuku
  • Globook
  • Fizzo (Fictum)
  • Novelaku
  • Google Book

Situs web atau aplikasi tersebut tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan maasing-masing tinggal kamu pilih mana yang cocok dan selalu nantikan update-update judul novel terbaru, terpopuler, tertrending, terviral yang babas404.blogspot.com rekomendasikan untuk dibaca.

Buku - versi buku fisik dapat kalian dapatkan di Marketplace atau ditoko buku terdekat dengan harga yang berbeda-beda.

Jika kamu tertarik dengan novel ini, babas404 akan membagikan untuk kamu secara gratis. Cocok banget jika kamu sedang kehabisan stok novel untuk dibaca.

Detail Novel Tokidoki Bosotto Roshia-go de Dereru Tonari no Alya-san PDF

Judul: Tokidoki Bosotto Roshia-go de Dereru Tonari no Alya-san 
Penulis: Sansan Sun
Penerbit: 
Genre: Romantis
Rating: 4.9 (Sangat bagus)
Bahasa: Bahasa indonesia

Baca juga :

Akhir kata

       Setelah membaca sinopsis, cuplikan dan detail novel apakah kamu tertarik untuk membaca, Novel ini dapat kamu baca lewat aplikasi dan website Wattpad yang dapat kamu unduh di google play store atau app store dengan cara mencari lewat kolom search atau melalui link yang ada dibawah.

    Terima kasih sudah membaca Babas404 dalam artikel Baca Tokidoki Bosotto Roshia-go de Dereru Tonari no Alya-san Bahasa Indonesia semoga terhibur dan bermanfaat pastinya. Jangan lupa tuliskan pendapatmu dikolom komenter dibawah mengenai novel ini, apakah seru dibaca? itu saja yang dapat admin bagikan, sampai jumpa pada artikel-artikel lainnya🙏

Baca Novel Tokidoki Bosotto Roshia-go de Dereru Tonari no Alya-san  PDF DISINI

Baca juga :
Blogger, Web Disainner, Videomeaker, Programmer

Posting Komentar

© Babas404.com. All rights reserved. Developed by Jago Desain